Abah Ayi, dengan usia yang sudah mencapai 73 tahun, menjalani hari-harinya dengan semangat yang tak kenal lelah. Meskipun keterbatasan fisiknya menjadi tantangan setiap hari, ia tak pernah menyerah pada keadaan.

   

Dulu, Abah Ayi harus merasakan pahitnya hidup di kampung kecilnya, di mana biaya pengobatan dan fasilitas medis sangatlah terbatas. Infeksi cacingan yang dideritanya tidak mendapat perawatan tepat waktu, dan akhirnya, mengakibatkan gangguan penglihatan dan pendengaran yang serius. Namun, meski hanya bisa melihat dengan satu mata dan harus mengandalkan alat bantu pendengaran, Abah Ayi tidak pernah kehilangan semangatnya.

Sebagai seorang yang pernah bekerja keras sebagai tukang gali sumur, kecelakaan tragis yang menimpanya tidak membuatnya patah semangat. Meski tertimpa bebatuan dan menderita luka serius pada kepala dan telinga, Abah Ayi tetap tegar dan bertahan melawan segala rintangan yang datang.

Tiap pagi, sejak subuh menjelang, Abah Ayi memulai perjalanan panjangnya untuk berjualan sapu keliling. Meski harus berjalan puluhan kilometer dengan cuaca yang tak selalu bersahabat, Abah Ayi tetap bertahan demi mencari nafkah untuk keluarganya. Meskipun pendapatannya tidak menentu dan seringkali hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Abah Ayi tak pernah mengeluh.

Harapannya yang sederhana adalah dapat terus sehat agar bisa terus berjualan dan menghidupi keluarganya di Garut. Dia bermimpi untuk kembali ke kampung halamannya dan memulai usaha bertani jika suatu hari nanti ada modal yang cukup. Meskipun hidupnya penuh dengan cobaan, Abah Ayi selalu bersyukur dan memiliki hati yang penuh dengan terima kasih.

Dan akhirnya, doa dan keteguhan hati Abah Ayi membuahkan hasil. Kami tim Call to Action bersama orang-orang baik yang tersentuh oleh kisah hidupnya memberikan bantuan dalam bentuk santunan, meringankan beban hidupnya yang berat. Abah Ayi dan keluarganya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, berdoa agar para dermawan tersebut diberikan kesehatan dan pahala yang berlimpah dari Yang Maha Kuasa.